Rabu, 15 April 2009

AGAR HIDUP LEBIH BERARTI

Assalaamu’alaikum. Bagaimana kalau dibahas tema “ketika hidup terasa hampa dan tanpa arah. Trus bagaimana tips-tipsnya agar hidup begitu berharga. Makasih .08529765XXXX

Assalaamu’alaikum….Sepertinya keluarga kami penuh masalah. Cobaan bertubi-tubi. Sehingga mungkin orang melihat kami keluarga sial, karena penuh kemalangan dan tidak disayang Allah. Benarkah cobaan bertubi-tubi adalah tanda sial dan Allah benci pada suatu kaum? Apakah kemewahan dan hidup senang-senang adalah bukti Allah cinta pada suatu keluarga atau kaum? Akhwat, Hamba Allah di Aceh

Ustadzah, ada beberapa sms yang menyatakan hidup terasa hampa dan tanpa arah. Kenapa sih ini bisa terjadi?

Hal yang membuat hidup seseorang menjadi terasa hampa adalah, karena tidak tahu hidup itu untuk apa? Mau kemana dan bagaimana mengisinya. Sebenarnya ini adalah pertanyaan-pertanyaa besar dalam hidup seorang muslim. Dia tidak tahu hakekat kehidupannya. Itulah sebabnya ada pencarian-pencarian dalam hidup seseorang. Supaya hidupnya termotivasi. Dan akhirnya pencarian-pencarian hidup pun diarahkan ke sana. Kriteria kehidupan berhasil dan kehidupan gagal pun dengan standar apa yang memotivasinya. Inilah yang disebut nilai hidup. Sehingga kesuksesan dan kehormatan kehidupan distandarkan ke sana.

Sms yang masuk ke redaksi ini ada yang merasa hidupnya menjadi tidak bernilai. Bagaimana memahami ini. Karena kadang-kadang mungkin kita pernah merasakan hidup terasa bete. Bagaimana nih?

Itulah nilai kehidupan. Bisa jadi standar hidup berbeda-beda. Ada orang yang menjadikan standar kehidupannya materi. Dia akan termotivasi untuk mencari materi. Keberhasilannya adalah ketika bisa meraih materi sebanyak-banyaknya. Kesuksesannya juga terukur dengan pencapaian nilai materi. Misalnya harta kekayaan, mobil mewah, rumah megah dan lain-lain. Kebahagiaanya juga kalau mendapat materi sebanyak-banyaknya. Ukuran kecantikan, jabatan, kedudukan, juga bisa bersifat materi. Tapi di sinilah, yang namanya materi, tidak akan pernah membuat manusia puas. Kalaupun seseorang sudah kaya raya, punya segalanya tapi dia akan sampai pada titik jenuh. Dia akan merasakan hidupnya hampa lagi. Jadi sesungguhnya materi itu standar yang bersifat semu. Kita seringkali melihat, banyak orang kaya yang tidak bahagia. Mungkin bagi orang miskin, dia melihat orang kaya itu bahagia. Padahal belum tentu orang kaya bahagia, Tidak jarang yang gampang stress.

Selain materi standar nilai yang lain, bisa insaniah, kemanusiaan. Standar yang bersifat moral. Ada orang yang bahagia kalau bisa melakukan kegiatan sosial. Terkadang kita melihat banyak orang kaya yang punya yayasan sosial. Karena memang materi sudah tidak membuatnya bahagia, dan dia merasa senang kalau bisa berjiwa sosial. Namun bagi seorang muslim, standar nilai yang tertinggi adalah ruhiyah. Ini bisa diraih siapa saja. Baik dia kaya atau miskin pasti akan merasakan kenikmatan tertinggi, ketika yang menjadi standar bagi hidupnya adalah kedekatannya dengan Allah SWT.(QS Ali Imran:14)

Bagaimana Islam memberi arahan kehidupan kita?

Islam sudah memberi tuntunan bagi kita bagaimana memahami hidup. Kehidupan itu fana, hanya sementara. Kehidupan yang kekal hanyalah di akhirat. Allah SWT memberi petunjuk kepada umat Islam bagaimana menjalani hidup ini agar bisa selamat. Kalau kita memahami kasih sayang Allah, maka itu bukan terletak pada kelimpahan materi atau kedudukan. Tetapi pada kemuliaan sebagai hamba Allah yang bertaqwa. Inna akramakum ‘indallaahi atsqaakum: Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa.

Saudara kita dari Aceh curhat, apakah kemiskinan, sakit dan ujian kehidupan yang bertubi-tubi ini menunjukkan bahwa Allah tidak sayang padanya. Seolah-olah Allah hanya menyayangi orang-orang kaya saja. Mereka berkelimpahan harta. Bagaimana menanggapi keluhan ini?

Siapapun manusia pasti mendapat cobaan. Bagi hamba Allah yang beriman, cobaan itu adalah bentuk kecintaan Allah kepada manusia. Dalam sebuah Hadits. Dari Mahmud bin Lubaid, Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya jika Allah akan mencintai suatu kaum, maka Dia akan memberi ujian kepada mereka. Barangsiapa yang bersabar, maka kesabaran itu bermanfaat baginya. Dan barangsiapa marah (tidak sabar) maka kemarahan itu akan kembali kepadanya. (HR Ahmad dan at Thirmidzi)

Dengan demikian, marah kepada qadha Allah hukumnya haram. Qadha Allah itu tidak termasuk perbuatan manusia. Manusia tidak dimintai pertanggungjawaban atas qadha tersebut. Tetapi ridha dan marah adalah termasuk perbuatan manusia. Manusia bisa memilih apakah ia akan ridha atau akan marah terhadap ketetapan Allah. Pada saat ia ridha maka ia mendapat pahala yang berlimpah. Pada saat ia marah, maka ia tidak akan mendapat pahala malahan akan berdosa. Ketika Allah menetapkan qadha berupa ujian dan cobaan, maka ia akan bisa menjadi penebus atas dosanya dan penebus kesalahannya.

Rasulullah Saw bersabda: “Seorang muslim yang diuji dengan rasa sakit karena duri atau yang lebih dari itu, maka pasti Allah akan menebus kesalahan-kesalahannya karena musibah itu. Sebagaimana suatu pohon menggugurkan daunnya. (Muttafaq ‘alaih). Oleh karena itu misalnya kita mengalami suatu cacat, suatu penyakit ataupun ujian yang lain, maka sebenarnya itu adalah peluang kita bisa menebus dosa atau meraih pahala..

Sebagai seorang muslim sikap apa yang terbaik bagi kita?

Bersyukur terhadap setiap kondisi yang Allah SWT sudah tetapkan pada diri kita. Kalaupun kita merasa berat, maka pengaduan yang terbaik hanyalah kepada Allah. Dalam sebuah Hadits riwayat Muslim dari Syuhaib, Rasulullah Saw bersabda: “Aku kagum terhadap urusan orang yang beriman, karena seluruh urusannya merupakan kebaikan baginya. Jika mendapatkan kesenangan ia bersyukur, maka syukur adalah kebaikan baginya. Jika ditimpa kesulitan, ia bersabar, maka sabar itu adalah kebaikan baginya. Hal seperti ini tidak akan didapati pada seseorang kecuali orang beriman.”

Jadi seperti saudara-saudara kita di bumi Palestina. Mereka diuji dengan peperangan, ketakutan, kekurangan makanan, air, tempat tinggal yang hancur. Bahkan lebih dari itu, kehilangan anggota keluarga, bahkan ada yang kehilangan anggota tubuh. Namun banyak pemberitaan yang menunjukkan mereka begitu sabar bahkan tidak mau keluar karena ingin tetap melakukan hal yang menurut mereka sangat terhormat yaitu Jihad fii sabiilillah, mempertahankan bumi Palestina sebagai tempat yang mendapat kehormatan dalam Islam.

Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dari Anas, ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya Allah SWT berfirman,” Jika Aku menguji hambaKu dengan dua mata yang buta, kemudian ia bersabar, maka Aku akan mengganti kedua matanya tersebut dengan surga baginya.”

Yang perlu kita fahami adalah, hidup ini memang ujian. Baik kekayaan atau kemiskinan sebenarnya sama-sama ujian. Orang kaya yang tidak menjadikan hartanya untuk berbuat kebaikan, maka harta tersebut justru bisa menjerumuskannya ke neraka. Kesenangan dan kesusahan di dunia adalah ujian bagi hamba-hamba Allah yang bertaqwa. Namun kebahagiaan yang tertinggi adalah ketika kita meyakini bahwa Allah SWT menjanjikan surga bagi hamba-hambaNya yang bertaqwa.

Bagaimana kita membuat hidup terasa berharga?

Terlebih dahulu memang kita harus belajar Islam, untuk bisa memahami makna hidup ini. Sehingga kita akan semakin meyakini bahwa Allah SWT mencintai hamba-hambaNya dengan mengujinya. Ketika kita diuji, maka kita selalu memohon kepada Allah agar diberi kesabaran, diberi pertolongan dan jalan keluar. Semakin kita menggantungkan hidup kita kepada Allah, maka kehidupan ini akan terasa tentram dan itulah nikmat iman. Kemudian dengan mempelajari Islam, kita akan memahami bahwa keberhasilan yang terbesar adalah ketika kita selalu melakukan hal yang diridhoinya, dan tidak melakukan hal-hal yang dimurkainya. Kehormatan bagi kita adalah ketika kita bisa menjadi seorang muslim yang baik. Mungkin kita tidak punya harta, tetapi kita bisa menjadi tempat untuk menyelesaikan masalah, menolong kesusahan orang lain dengan tausiyah-tausiyah. Mungkin kita tidak punya fisik yang kuat, tapi mungkin kita punya kecerdasan untuk memberikan pelajaran bagi orang lain. Mungkin kita bukan orang yang cerdas, tetapi kita adalah seorang muslim yang santun, yang baik hati yang suka menolong saudaranya dengan apapun yang kita miliki. Untuk itu memang kita harus memahami diri kita sendiri. Apa sih potensi yang telah dikaruniakan Allah SWT kepada kita. Itulah yang kita optimalkan. Tetapi apapun kondisi kita, yang paling penting adalah belajar. Belajar bagaimana memecahkan masalah kehidupan sesuai tuntunan Islam, Insya Allah kita akan merasa mendapat kehormatan sebagai seorang muslim, hamba Allah. Itu adalah karunia berharga yang harus selalu kita syukuri. Di situlah kita akan merasa hidup kita menjadi berharga. Karena harga seorang muslim yang beriman kepada Allah dan RasulNya sangatlah tinggi.